Friday, October 19, 2007

Pengalaman Menulis Non Fiksi

Tulisan ini saya dapatkan di Forum FLP Hongkong. Mudah-mudahan membantu dan mencerahkan.

Assalamu'alaikum wr wb

Teman-teman FLP yang berbahagia,

Perkenankan saya berbagi pengalaman tentang menulis non-fiksi. Pengalaman yang benar-benar pribadi, karena saya yakin kita masing-masing punya style yang berbeda. Mudah-mudahan tetap memberikan manfaat.

Pada awalnya, menulis non-fiksi bukanlah sesuatu yang menarik bagi saya, karena semenjak kecil saya lebih suka membaca buku-buku sebangsa Lima Sekawan, atau buku klasik semacam Robin Hood dan Ivanhoe, atau cerita wayang (ini masih menjadi kegemaran saya sampai sekarang, terutama karena kandungan nilai pekertinya yang tinggi). Saya baru tertarik mendalami penulisan non-fiksi setelah mulai menyimak karya2 naturalist semacam David Attenborough, David Quammen, atau David Stokes. Yang membuat saya jatuh cinta pada karya mereka adalah cara penyampaian yang sederhana, apa adanya, tetapi sarat nilai, dan anehnya bagi saya, di situlah keindahannya! Maka sayapun kemudian mencoba menulis karya-karya non-fiksi tentang kealaman. Dan karena kebetulan saya kecemplung di bidang per-serangga-an, maka jadilah serangga menjadi "korban" keisengan saya menulis. Keunikan, kehebatan, keanehan serangga habis saya terjemahkan dalam karya-karya saya. Hasilnya dua buku yang diterbitkan tahun 1994 dan 1997. Ada beberapa hal yang saya catatkan untuk teman-teman selama proses penulisan karya-karya tersebut.

1. Saya tidak tahu, mengapa saya cenderung menggunakan gaya menulis bertutur. Jadi jika dicermati, semua tulisan saya tentu menuturkan suatu kejadian dengan tokoh "aku" sebagai penutur. Gaya ini paling enak saya gunakan, karena luwes. Artinya, saya tidak terbebani untuk mencari tokoh lain. Saya tidak tahu, apakah gaya ini cocok untuk penulis fiksi? Tapi bagi saya yang mencoba mengeksplorasi persoalan yang berhubungan dengan alam, gaya bertutur ini paling cocok, luwes dan mengalir. Saya ingat perkataan salah satu editor penerbit besar yang menerbitkan buku pertama saya. Beliau bilang bahwa belum pernah ada yang menuliskan dengan gaya seperti itu pada penulis non-fiksi yang bukunya diterbitkan oleh penerbit beliau. Waktu itu saya hanya mengatakan, itulah gaya saya, dan saya tidak akan pernah mengubahnya, karena di situlah kekuatan saya, sekaligus kenikmatan saya. Beliau tersenyum dan mengangguk-angguk setuju. Katanya, saya juga berpendapat sama dengan Anda, karena jika itu ciri khas Anda, maka itu menjadi kekuatan Anda pula.

2. Pernah lihat Coki si Pelukis Cepat di majalah Hai? Yak, sayapun berciri sama, yaitu ke mana-mana selalu bawa notes kecil trus pensil warna atau alat tulis lain. Itu saya lakukan karena saya tidak ingin kehilangan ide yang suka datang tiba-tiba. Jadi begitu ide mampir, segera buka notes, dan buat catatan singkat. Tapi jangan disangka catatan saya isinya tulisan melulu lho. Kadang suka kumat isengnya, jadi isinya ya rupa-rupa. Ada sketsa serangga, katak, orang dan sebagainya. Pokoknya segala ide ditumpahkan sejelas-jelasnya. Hmm pokoknya malah jadi serupa komik gitulah...he..he..

3. Saya menggunakan bibliografi sebagai salah satu senjata menulis. Dua bibliografi saya gunakan, yaitu Endnote dan Biblioexpress. Karena saya menulis non-fiksi, tentunya saya butuh banyak pustaka yang dapat digunakan sebagai dasar pijakan yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Nah keuntungan menggunakan bibliografi adalah kita dapat mengumpulkan banyak referensi dalam satu file khusus, yang sewaktu-waktu dibutuhkan tinggal copy and paste. Jadi sangat mempermudah pekerjaan menulis saya.

Nah inti dari hal yang saya sampaikan di atas adalah:

1. Saya mencoba menggunakan dan mempertahankan gaya khas saya sendiri dalam menulis,
2. Saya selalu membawa catatan untuk menterjemahkan ide secara darurat kapanpun dibutuhkan.
3. Saya menggunakan sarana bantu untuk mempermudah proses penulisan.

Terakhir, sekali lagi ini pengalaman pribadi saya, yang mungkin berbeda untuk yang lain. Jadi belum tentu cocok untuk yang lain, namun mungkin juga bisa menambah wawasan bagi yang merasa cocok dengan pengalaman saya. Mohon maaf bila ada yang tidak berkenan. Semoga bermanfaat. Selamat berkarya.

wass wr wb
Abuyahya

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

<< Home